BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam penelitian-penelitian di bidang
kimia dau bidang-bidang lain yang bertalian dengannya seperti farmasi, biologi,
kedokteran, pertanian dan peternakan, teknik lingkungan, teknologi makanan, bioteknologi, dan berbagai industri,
seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi , baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif, suatu senyawa atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam suatu bahan atau sampet
yang umuurnya berupa campuran. Bahkan juga seringkali diinginkan untuk lebih
ianjut memisahkau atau mengisolasi komponen -komponen penyusun campuran
tersebut dalam bentuk murninya untuk kemudian dapat mempelajari sifat-sifat
fisik, sifat-sifat kimia dan struktur molekulnya serta sifat dan aktivitas biologisnya.
Sebegitu jauh kromatografi merupakan metode
pemisahan yang paling efsien. Dan dengan memungkinkannya metode ini untuk
digabungkan secara "on line" dengan sistem-sistemmdetektor yang
mempunyai limit deteksi yang rendah maka kromatografi telah merupakan metode
analisis yang peka yang tidak dapat terungguli oleh metode-metode analisis
lainnya. Lebih lanjut, oleh karena manfaat ganda identifikasi dan pemisahan
tersebut di atas kromatografi telah merupakan metode analisis multiunsur yang
dapat menghindari gangguan(interferensi) suatu komponen dalam sampel terhadap
komponen lainnya yang merupakan zat yang hendak diidentifikasi' Dengan
kromatografi "spesifiasi" unsur-unsur yang sering dilakukan dalam
studi lingkungan juga dapar dilakukan.
Kromatografi
adalah metode pemisahan yang berkaitan dengan perbedaan dalam keseimbangan
distribusi dari komponen-komponen sampel di antara dua fase yang berbeda, yaitu
fase bergerak dan fase diam.Berdasarkan jenis fasa gerak yang digunakan, ada 2
(dua) klasifikasi dalam kromatografi, yaitu ; kromatografi gas dan kromatografi
cairan. Kromatografi gas (GC), adalah jenis yang umum digunakan dalam analisis
kromatografi kimia untuk memisahkan dan menganalisis senyawa yang dapat menguap
tanpa dekomposisi. Khas penggunaan GC termasuk pengujian kemurnian zat
tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari campuran (jumlah relatif
komponen tersebut juga dapat ditentukan). Dalam beberapa situasi, GC dapat
membantu dalam mengidentifikasi suatu senyawa. Dalam persiapan kromatografi, GC
dapat digunakan untuk mempersiapkan senyawa murni dari campuran.
B.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memahami teori kromatografi gas
2. Untuk
mengetahui komponen – komponen dalam suatu kromatograf
3. Untuk
mengetahui cara kerja dan pemakaian kromatografi gas
4. Untuk
mengetahui pengaruh suhu dalam
kromatograf
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori
Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah cara pemisahan kromatografi menggunakan
gas sebagai fasa penggerak. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam
kolom yang diisi dengan fasa tidak bergerak yang terdiri dari bahan
terbagi halus yang cocok. Gas pembawa mengalir melalui kolom dengan
kecepatan tetap, memisahkan zat dalam gas atau cairan, atau dalam bentuk
padat pada keadaan normal. Cara ini digunakan untuk percobaan identifikasi
dan kemurnian, atau untuk penetapan kadar.
Kromatografi
Gas ( GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan
dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk
menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai
komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu
dalam mengidentifikasi sebuah kompleks.
Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak (atau “mobile phase”)
adalah sebuah operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium atau yang
tidak reactive seperti gas nitrogen. Stationary atau fasa diam
merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas
murni, di dalam bagian darisistem pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom.
Instrumen yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas
chromatograph (atau “aerograph”, ”gas pemisah”).
Kromatografi gas yang pada prinsipnya sama dengan
kromatografi kolom (serta yang lainnya bentuk kromatografi, seperti
HPLC, TLC), tapi memiliki beberapa perbedaan penting. Pertama,
proses memisahkan komponen
dalam campuran dilakukan antara stationary fase cair dan
gas fase bergerak, sedangkan pada kromatografi kolom yang seimbang
adalah tahap yang solid dan bergerak adalah fase cair. (Jadi, nama lengkap
prosedur adalah “kromatografi gas-cair”, merujuk ke ponsel dan stationary
tahapan,masing-masing.) Kedua, melalui kolom yang lolos tahap gas terletak di
sebuah oven dimana temperatur gas yang dapat dikontrol, sedangkan
kromatografi kolom (biasanya) tidak memiliki kontrol seperti suhu. Ketiga,
konsentrasi yang majemuk dalam fase gas adalah hanya salah satu fungsi
dari tekanan uap dari gas.
Volume pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita zat
terlarut pada keseluruhan panjang suatu kolom adalah volume retensi (VR),
yaitu besaran fundamental yang diukur dalam kromatografi gas. Untuk suatu kolom
tertentu yang dioperasikan pada temperature (tc) dan laju aliran gas
pembawa (Rc), maka waktu yang diperlukan masing – masing komponen
untuk tinggal di dalam kolom dikenal sebagai waktu retensinya (tR).
jarak pada sumbu waktu, dari titik injeksi sampel sampai puncak suatu komponen
yang terelusi dikenal sebagai waktu retensi tanpa koreksi (tR). Dan
hubungannya dengan volume retensi adalah
VR = tR.Rc
Sedangakan hubungannya dengan V’Rx
V’Rx = tR Rc – tudara
Rc = (VR – VM)
Karena gas bergerak lebih lambat dekat wilayah inletnya
dibandingkan pada saat keluarnya, maka suatu koreksi gradient tekanan harus
dilakukan terhadap volume retensi V’R, yaitu berupa
faktor kompresibilitas (g),dimana
VN = g V’Rx
jika g adalah factor
kompresibilitas
Jika zat terlarut masuk dalam kolom, zat tersebut akan
menyetimbangkan dirinya antara fase diam dan fase bergeraknya sesuai dengan Kd
= CS/CM. jika Kd = 1, zat terlarut akan
tinggal selama separuh dari waktunya dalam cairan, separuh waktunya lagi
digunakan untuk tinggal dalam fase gas. Jika isotherm partisinya linear, maka Kd
tidak tergantung pada konsentarsi zat terlarut. Perbandingan partisi sering
kali ditulis dengan
K = Kd
Karena
VR
CM = VM CM +
VS CS
Maka
VR
= VM + Kd VS atau (VR
– VM) = Kd VS
Ini
adalah persamaan fundamental dari kromatografi gas. Volume retensinya
ditentukan oleh :
Kd
VS = Kd
WL
= berat fase cair, ρL = kerapatan fasa cair sesuai dengan
temperatur kolom. Sedangkan volume retensi spesifik :
Yaitu
volume gas pembawa yang dipergunakan untuk mengeluarkan separuh zat terlarut
dari suatu kolom hipotetik pada temperatur yang dispesifikan, jika fase
cairannya 1 gram dan tidak terdapat penurunan tekanan.
Berarti
:
Kd
= Vt ρL atau Vt =
Bila
pengaruh temperatur diperhatikan, maka jelas waktu relusi untuk masing-masing
komponen dapat dipengaruhi dengan mengatur temperatur kolom. Menurunkan
temperatur operasi menyebabkan bertambahnya retensi. Pada anggota-anggota suatu
deret homolog, maka volume retensi spesifik suatu zat tersebut merupakan fungsi
dari temperatur kolom dan dapat dihubungkan dengan titik didihnya menurut
persamaan :
Log
Vt = H/2,3 Rtc + Konstanta
Sifat
retensi biasanya dinyatakan sebagai retensi relatif, yaitu waktu retensi
dibandingkan terhadap suatu zat referens yang kedua-duannya dianalisis pada
kondisi yang identik. Retensi relatif tidak bergantung pada panjang kolom, laju
aliran gas pembawa, faktor kompresibilitas dan perbandingan banyaknya cairan
fase diam terhadap zat padat penunjang, tetapi tergantng pada temperatur.
Suatu
kolom yang efisien adalah bila puncak elusinya terpelihara dalam bentuk tajam
serta resolusinya terjaga baik. Ketajaman puncak relatif (q) dapat
didefinisikan sebagai perbandingan volume retensi terhadap lebar puncak W
Sedangkan jumlah
piringan teoritis di dalam kolom adalah :
N = 16 2 = 16q2
Nilai
N berkisar antara 500 sampai 50.000 sedangkan untuk kolom kapiler, nilai N
lebih besar daripada 100.000.
Efisiensi
kolom biasanya dinyatakan dengan tinggi piringan yaitu Δ = dimana θ adalah deviasi standar pita
kromatografi yang dinyatakan dalam satuan jarak dal L adalah panjang kolom.
Δ = =
=
varians waktu
Pada
kolom tubular terbuka, retensi terjadi pada dinding kolom yang dilapisi cairan
fase diam. Dalam pemisahan, tinggi efektif piringan tergandung pada Kd
jenis spesiesnya. Puncak terbentuk simetri adalah yang ideal. Disimetri dengan
bentuk deformasi pada kaki puncak bagian depan dikenal sebagai leading sedangkan deformasi pada kaki
puncak bagian belakang dikenl sebagai tailing.leading
disebabkan terlalu rendahnya temperatur kolom, tetapi juga untuk
senyawa-senyawa dengan range didih yang lebar. Penggunaan face cair yang polar
akan mendeaktivikan zat penunjang dan meminimalkan tailing. Demikian juga
penguapan yang cepat menghindarkan efek tailing. Resolusi suatu kolom adalah
efisien suatu pemisahan sepasang komponen tertentu. Suatu kromatograf dengan puncak
yang sempit menunjukkan resolusi yang baik.
Komatografi
gas memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kromatografi
Gas ( GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk
pemisahan dan analisis.
2. GC
dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau
memisahkan berbagai komponen dari campuran.
3. Dalam
beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah
kompleks.
B. komponen
– komponen dalam suatu kromatografi
Suatu
kromatograf yang baik terdiri dari komponen-komponen penting yaitu sebgai
berikut :
1. Regulator tekanan
Tekanan diatur
pada sekitar 1-4 atmosfer. Sedangkan aliran diatur 1-1000 liter gas per menit. Katup pengaturan aliran diatur oleh pengatup
terbentuk jarum terletak pada bagian bawah penunjuk aliran. Sebelum kolom, gas
pengemban dialirkan dulu pada suatu silinder berisi monokuler sieve untuk menyaring adanya kontaminasi pengotor. Gas
pembawa He, N2, H2, Ar, umumnya digunakan, tetapi untuk
detektor konduktivitas termal, He lebih disukai karena konduktivitas termalnya
yang tinggi.
2. System
injeksi sampel
Sampel diinjeksi
dengan suatu macro syringe melalui suatu septum
karte silicon ke dalam kotak logam yang panas. Kotak logam tersebut
dipanaskan dengan pemanas listrik banyaknya sampel berkisar antara 0,5-10 µl.
3. Kolom
kromatrografi
Terbuat dari
tabung yang dibuat berbentuk spiral terbuka. Bajah tahan karat digunakan untuk
tabung kolom kromatografi bila bekerja pada temperature tinggi. Diameter kolom
bervariasi dari 1/16 sampai 3/16. Panjang umumnya adalah 2 meter.
4. Penunjang
stasioner
Struktur dan
sifat permukaan memegang peranan penting. Struktur berperan pada efisien kolom,
sedangkan sifat permukaan menentukan tingkat pemisahan. Permukaan penunjang
akan terselimut oleh fase cair stesioner berupa lapisan film tipis. Penunjang
yang sering digunakan adalah tanah diatomeaus dan kieselghur.
5. Fase
stasioner
Sesuai dengan
namanya kromatografi gas, sebagai fasa gerak digunakan gas. Gas pembawa yang
biasa digunakan adalah Helium, Nitrogen, Hidrogen, dan argon. Gas pembawah ini
reratif inert; tidak mahal dan tidak beracun. Hidrogen mudah terbakar karenanya
perlu perhatian keselamatan kerja yang memadai. Karena gas itu inert, maka
interaksi antara molekul cuplikan dan molekul gas dapat diabaikan, kecuali pada
tekanan tinggi. Koefisien distribusi suatu senyawa ditentukan oleh kemudahan
menguap fasa diam. Pemilihan gas pembawa biasanya didasarkan pada kemurniannya
atau kecocokannya dengan detektor. Misalnya detektor penghantar panas paling
cocok dengan Hidrogen atau Helium. Untuk kebanyakan hal Helium merupakan
pilihan pertama. Kemudian kemurnian gas pembawa sangat penting karena
pengotoran sedikit gas saja dalam gas itu dapat menimbulkan bisingan pada isyarat detektor. Karenanya gas pembawa
sebelumnya perlu dialirkan melalui penyaringan molekul untuk menghilangkan uap
air yang biasanya terdapat dalam gas pembawa.
Aliran dalam
kolom disebabkan oleh perbedaan tekanan antara masukan dan keluaran. Tekanan
masukkan, Pi, 10-15 psig (Pound Per Inci Persegi). Tekanan keluaran,
Po adalah tekanan atmosfer normal.pada banyak alat pengaturan aliran
mengatur Pi pada kecepatan alir tetap, tetapi pada kebanyakan alat,
Pi dianggap tetap.
6. Detektor
Detektor peka terhadap komponen-komponen yang
terpisahkan di dalam kolom serta mengubah kepekaanya menjadi sinyal listrik.
Kuat lemahnya sinyal bergantung pada laju aliran massa sampel dan bukan pada
konsentrasi sampel gas penunjang. Range suatu detektor dinyatakan sebagai
sinyal tersebar yang teramati dibagi sinyal terlemah yang masih terdeteksi dan
masih memberikan respons yang linear. Detektor harus terletak dekat kolom baik
untuk menghindarkan kondensasi cairan maupun dekomposisi sampel sebelum
mencapai detektor
Detektor dapat
dikelompokkan sebagai detektor diferensial dan detektor integral. Detektor
deferensial mengukur kadar senyawa seketika itu juga atau kecepatan alir
seketika itu juga. Detektor integral menambahkan isyarat seketika itu juga dan
memberikan jumlah total dan biasanya digunakan untuk analisis kualitatif.
Sedangkan insyarat detektor diferensial untuk analis kuantitatif.
Detektor dapat
juga dikelompokkan sebagai detektor merusak dan tidak merusak. Detektor nyala hydrogen, merupakan detektor
paaling sederhana. Sebagai gas pembawa adalah hydrogen, terbakar dan
menghasilkan nyala tak berwarna. Jika suatu senyawa organic muncul, nyala
menjadi kuning. Kadar senyawa secara kasa sebanding tinggi nyala dan atau
intensitas nyala. Jika intensitas nyala diukur dengan fotosel ketepatannya naik
beberapa kali. Karena kebanyakan senyawa organik terionisasi dalam nyala, arus
ion dapat dikumpulkan antara du aelektroda yang bermuatan berbeda. Detektor ini
paling peka dan paling dikenal. Ion yang dihasilkan ditampung antara dua
elektroda. Karena tahanan listrik dari nyala sangat tinggi (sekitar 1012
Ohm) dan arus listrik sangat kecil (sekitar 10 -10 Ampere) maka
peralatan elektronik yang menyertainya kompleks dan mahal.
Proses ionisasi
yang terjadi dalam nyala belum diketahui seluruhnya.
7. Pencatat
sinyal
Akurasi suatu
kromatogram pada suatu daerah pembacaan ditentukan oleh pemilihan pencatat
sinyalnya. Kadangkala sinyal perlu diperkuat. Respons melewati skala penuh
haruslah 1 detik. Kepekaan perekam adalah 10 mV dan berjangkauan dari 1-10 mV.
Kadangkala mutlak diperlukan penguatan sinyal. Dalam operasi saluran langsung 2
elektrometer dibangun menjadi satuan sinyal.
C. Cara
kerja dan pemakaian kromatografi gas
1. Cara
Kerja Kromatografi Gas
Sampel
diinjeksi melalui suatu sampel injection port yang temperaturnya dapat diatur,
senyawa-senyawa dalam sampel akan menguap dan akan dibawa oleh gas pengemban
menuju kolom. Zat terlarut akan teradsodsi pada bagian atas kolom oleeh fase
diam, kemudian akan merambat dengan laju rambatan masing-masing komponen yang
sesuai dengan nilai Kd masing-masing komponen tersebut.
Komponen-komponen
tersebut terelusi sesuai dengan urutan-urutan makin membesarnya nilai koefisien
partisi (Kd) menuju ke detektor. Detektor mencatat sederet sinyal
yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan laju elusi. Pada alat
pencatat sinyal ini akan tampak sebagai kurva antara waktu terhadap komposisi
aliran gas pembawa.
Ada
beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita dapat menggunakan kolom
lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap
mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara
gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relative cepat dan
sensitivitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak
bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah
teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2. Pemakaian
Gas Kromatografi
Dalam
kromatografi gas untuk mengikuti reaksi, senyawa dilewatkan melalui zona reaksi
dalam system tertutup antara tempat injeksi sampel dan detektor. Reaksi
berlangsung setelah melalui tempat injeksi sampel. Reaksi seharusnya
berlangsung seketika dan hasil reaksi mempunyai waktu retensi normal yaitu 8-10
detik.
Pengambilan suatu
komponen senyawa dengan gugusan tertentu juga dapat dilakukan dengan
membubuhkan dalam kolom kromatografi, suatu reagen yang relative untuk menahan
komponen tersebut. Untuk perbandingan dua kolom dengan instrument pencatat
dapat dimanfaatkan. Senyawa dapat diubah menjadi bentuk lain dengan beda waktu
retensi, misalnya dengan melewatkan H2O pada CaC2 dapat
terbentuk CH asetilena.
Hasil pirolisis materi
yang sukar menguap juga dapat dianalisis, dengan kromatografi gas. Cracking
materi tersebut dilakukan dalam gas pengemban, sehingga hasil-hasil
degredasinya yang mudah menguap dapat terbawa langsung menuju kromatografi gas.
Teknik pirolisis ini juga bermanfaat untuk identifikasi polimer dan anlisis
struktur polimer. Dalam analisis unsur , C, H, O dalam zat organik, pirolisis diharapkan
mengubah zat organic menjadi CO2 dan H2O. senyawa yang
tidak stabil secara termal ataupun tidak mudah menguap, dapat juga dianalisis
dengan kromatografi gas dengan cara mengubahnya menjadi turunan-turunannya yang
lebih mudah menguap dan stabil. Misalkan asam lemah, dapat diubah menjadi ester
metilik melalui esterifikasi dengan BF3 dalam pelarut methanol. Alcohol, stero, dan
senyawa hidroksi dapat diasetilasi, misalkan dengan asam asetat anhidrida dan
piridin.
D.
Pengaruh
Suhu dalam Kromatograf
Ada tiga tempat dalam kromatografi dimana suhu harus
dikontrol yaitu :
a. Suhu
tempat injeksi, menentukan kecepatan cuplikan diucapkan. Tempat injeksi diatur
pada suhu agak tinggi, untuk cuplikan yang tidak terurai kena panas, biasanya
50oC di atas titik didihnya. Hal ini diperlukan supaya semakin cepat
cuplikan masuk ke dalam kolom dalam volume sangat kecil.
b. Detektor harus cukup panas sehingga penyusun cuplikan
tidak mengembun disitu, tetapi kepekaan detector penghantar panas menurun
sesuai dengan penurunan suhu, sehingga suhu optimumdipilih sedikit diatas suhu
kolom.
c. Suhu
kolom, merupakan faktor terpenting yang menentukan retensi dan resolusi. Pada
suhu tinggi, senyawa – senyawa yang dipisahkan cenderung ke fasa gas karena
penurunan kelarutan. Senyawa – senyawa itu akan keluar cepat dan berhimpitan
(resolusi jelek). Pada suhu rendah, senyawa – senyawa itu cenderung lebih
senang ke fasa cair, akan terelusi lambat dan biasanya resolusi menjadi lebih
baik.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Kromatografi
gas adalah cara pemisahan kromatografi menggunakan gas sebagai fasa
penggerak. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam kolom yang diisi dengan
fasa tidak bergerak yang terdiri dari bahan terbagi halus yang cocok.
Gas pembawa mengalir melalui kolom dengan kecepatan tetap, memisahkan zat
dalam gas atau cairan, atau dalam bentuk padat pada keadaan normal. Cara
ini digunakan untuk percobaan identifikasi dan kemurnian, atau untuk
penetapan kadar.
2. Komponen-komponen
dari kromatogfar gas adalah Regulator Tekanan, system Injeksi Sampel, kolom
Kromatografi, penunjang Stasioner, fase Stasioner, detektor, dan pencatat
Sinyal.
3. Ada
3 tempat dalam kromatografi dimana suhu harus dkontrol yaiyu suhu tempat
injeksi, detektor, dan suhu kolom.
4. cara
pemisahan kromatografi menggunakan
gas sebagai fasa penggerak. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam
kolom yang diisi dengan fasa tidak bergerak yang terdiri dari bahan
terbagi halus yang cocok. Gas
pembawa mengalir melalui kolom dengan kecepatan tetap, memisahkan zat
dalam gas atau cairan, atau dalam bentuk padat pada keadaan normal.
Contoh Soal :
1. Pada
pemisahan benzana, toluene dan xylena secara kromatografi gas, luas puncak
masing-masing komponen ini adalah masing-masing adalah 31,0; 14,1; dan 53,2 cm.
Hitung persentase komposisi sampel !
Jawab
:
Luas total = 31,0 +
14,5 + 53,2 = 98,7
x
100 %
=
31,4 %
x
100 %
= 14,9 %
x
100 %
= 53,9 %
2. Jika
monoklorobenzena, diklororobenzena dan triklorobenzena dengan volume yang sama
dianalisis secara kromatografi, didapat luas puncak masing-masing 6,36; 7,55;
dan 7,45 . Jika respon detektor seragaanlahm, bahwa persentase luas
masing-masing komponen di atas. Diketahui kerapatan masing-masing
komponen adalah 1,106; 1,305; dan 1,288 g/mL.
Jawab
:
Luas total = 6,36 + 7,55 + 7,45
=21,36 cm2
%
komposisi diklorobenzena =
%
komposisi triklorobenzena =
%
komposisi monoklorobenzena =
Berat molekul C6H5Cl = 112,5
% komposisi 29,77
Berat molekul C6H3Cl2
= 147,0 % komposisi 35,34
Berat molekul C6H3Cl3
= 181,5 % komposisi 34,87
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2009. Gas-liquid chromatography. http://www. edrushimawan(dot)com » kromatografi gas.htm. [ 4 mei 2011].
Khopkar, S.M., 2008. Konsep Dasar Pemisahan Analitik. UI-Press. Jakarta.
Madbardo. 2009. Kromatografi gas. http://www.
kromatografi-gas.html [4 Mei 2011].
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar